Hingga Senin (21/3/2022), banjir yang melanda lima desa di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, sejak Sabtu (19/3/2022) belum sepenuhnya surut. Ribuan warga mengungsi di posko terpadu. Banjir ini disebut yang terparah setelah banjir serupa pada 2001 silam.
”Kondisi saat ini masih tergenang, tetapi sudah surut sekitar 30 sentimeter di jalan raya. Sejumlah titik masih ada air yang tingginya 1 meter,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutai Timur Syafruddin melalui sambungan telepon.
Para warga yang mengungsi kebanyakan menggunakan masjid-masjid sebagai tempat pengungsian. Sebagian warga lainnya masih bertahan di rumah.
"Dan kebanyakan merupakan orang tua dan anak-anak, dan sebagain lagi warga masih bertahan di rumah atau jalan-jalan," tutur Syafruddin.
Banjir masih menggenangi rumah-rumah warga di dua kecamatan, yakni Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan. Selain itu banjir juga masih terlihat di jalan-jalan protokol yang ada di Kutim.
"Kedalaman masih se-dada orang dewasa, namun untuk di jalan protokol ketinggian air hanya di bawah lutut," terangnya.
Menurut Syafruddin, warga terdampak banjir saat ini sangat membutuhkan bahan makanan cepat saji, pakaian bagi anak-anak dan obat-obatan.
"Untuk saat ini warga memang membutuhkan makanan, seperti beras, mie instan, dan pakaian anak, serta obat-obatan, biasanya pascabanjir itu yang dibutuhkan," imbuhnya.
Dia juga mengatakan banjir yang melanda Sangatta selama tiga hari ini tak terlepas dari intensitas hujan yang tinggi selama tiga hari dan kondisi air laut yang mengalami pasang.
"Air melimpah karena hujan curah hujan tinggi di daerah hulu, baik di Rantau Pulung, di Sungai Sangatta meluap. Kebetulan dua hari ini purnama lagi puncak-puncaknya air laut pasang. Banjir pelan-pelan turunnya, begitu pasang, air tinggi lagi. Tapi ini Alhamdulillah, malam tadi dan siang ini sudah berkurang," katanya. (DTK)