Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyebut tantangan yang dihadapi Muhammadiyah ke depan, baik skala nasional maupun global, akan makin berat dan krusial. Untuk itu, Din menyebut pimpinan pusat Muhammadiyah ke depan, perlu figur-figur yang ‘berdarah segar’.
“Sebagai kekuatan masyarakat madani nyata di Indonesia dan elemen dari gerakan Islam global Muhammadiyah, perlu memberi respons yang tepat, cermat, dan strategis, baik untuk masalah Indonesia maupun tantangan dunia. Untuk itu, kepemimpinan pusat Muhammadiyah meniscayakan kepemimpinan yang responsif, transformatif, dan independen,” kata Din Syamsuddin dalam keterangan pers tertulis, seperti dilansir dari Detikcom, Ahad, (30/10/2022).
“Untuk meningkatkan peran demikian dan menjawab tantangan zaman baru Pimpinan Pusat Muhammadiyah perlu ditambah dengan darah segar yang dinamis dan progresif,” imbuhnya.
Din menyebut pimpinan Muhammadiyah harus sejalan dengan jati diri dan visi misi Muhammadiyah. Pimpinan Muhammadiyah harus memahami secara baik dan benar ajaran-ajaran Islam dari dua sumber, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.
“Pimpinan ideal Muhammadiyah tentu harus sejalan dengan jati diri, visi, dan misi Muhammadiyah itu sendiri. Sebagai gerakan Islam, maka pimpinan Muhammadiyah pertama dan utama harus memahami secara baik dan benar ajaran-ajaran Islam dari kedua sumbernya yaitu al-Qur’an dan As-Sunnah al-maqbulah,” tulisnya.
Tak hanya itu, kata Din, pimpinan Muhammadiyah juga harus memahami aliran-aliran pemikiran di kalangan umat. Kemudian, memiliki kemampuan menggerakkan, mengembangkan segala sumber daya ke arah pencapaian tujuan gerakan.
“Perlu mampu membangun relasi dan komunikasi sosial baik secara nasional maupun internasional. Hal ini karena Muhammadiyah adalah faktor efektif dalam bangsa yang majemuk, dan sudah diakui serta dihargai di dunia internasional,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Din memandang kepemimpinan Haedar Nashir sebagai ketua umum Muhammadiyah saat ini sudah bagus dengan kiprah dan performa yang efektif. Hal itu ditandai dengan bertambahnya amal usaha, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, maupun ekonomi.
“Kepemimpinan Muhammadiyah di tingkat pusat yg digerakkan dua intelektual-ulama, yaitu Prof. Dr. Haedar Nashir dan Prof. Dr. Abdul Mu’ti, telah mampu menampilkan kepemimpinan yang harmonis, visioner, dan berkemajuan. Keduanya masih diperlukan untuk melanjutkan gerak organisasi pada satu periode ke depan, bersama para anggota pimpinan lain,” katanya.
Din mengatakan, nantinya, siapa yang disepakati sebagai ketua umum dalam Muktamar ke-48 Muhammadiyah mendatang, hanyalah siapa yang dimajukan selangkah dan ditinggikan seranting. Yang terpenting saat ini, kata Din, Muhammadiyah pelu figur-figur baru, khususnya dari kalangan kader muda Muhammadiyah, baik laki-laki maupun perempuan.
“Untuk itu, mungkin sebagian anggota PP Muhammadiyah yang sudah lama berkhidmat perlu legowo memberi kesempatan berjuang dan beramal bagi figur-figur baru,” ungkapnya.
Sumber : Detikcom