Banyak kenangan bersama Kang Diding Abu Ali telah terukir. Semua masih teringat jelas.
Beliau mengajarkan tentang cara dakwah dan peka terhadap lingkungan sekitar.
Sejak 2005 membimbing kami menjadi orang yang peduli terhadap dakwah dan ringan tangan menolong orang lain.
Tahun 2006-2007 kemana-mana kami boncengan motor. Naik motor bebek Kawasaki Blitz inventaris Yayasan As Sunnah.
Ingat banget, saat pergi ke studio Radio SIS Sindanglaut untuk perencanaan pendirian Radio Dakwah. Di tengah jalanan sepi, kami berdua mendorong motor dengan jarak yang jauh karena ban motor kempes.
Setelah radio Assunnah berdiri, hampir setiap malam, kami boncengan naik motor keliling kota dan kabupaten Cirebon untuk cek frekuensi, sejauh mana radio dapat di dengar. Seringkali, tengah malam kami berdua tertawa girang karena jangkauan radio dapat dijangkau di daerah jauh. Kami biasa ke daerah Sumber, Mundu, Gunungjati, dan kelilinv daerah Kota Cirebon.
Zaman itu internet belum familiar. Kami berdua datang ke warnet Taman Air samping lampu merah Gunungsari. Kami datang untuk mendowload murattal Alquran anak-anak. Biasanya datang tengah malam karena ada paket murah. Saya hanya duduk di belakang beliau karena saya belum ngerti cara mengoperasikan komputer.
Awal berdiri Radio Assunnah, saya "dipaksa" bisa untuk ngomong di depan mic. Saya yang sejak kecil gagap, ketika itu harus menjadi penyiar radio. Atas perintah beliau, alhamdulillah jadi terbiasa ngomong di depan khalayak.
September 2008 saya pamit, mohon izin undur diri dari radio, karena saya ingin fokus kuliah di LIPIA Jakarta. Beliau sedih. Saya ingat sekali, raut mukanya memerah. Karena kepergian saya untuk belajar, beliau mengizinkan, tapi memberikan syarat: "Sabtu dan Minggu pulang ke Cirebon untuk tugas di radio." Jalan tengah ini kami sepakati.
Tahun 2009 kami beberapa kali datang ke KPID Jawa Barat untuk melakukan Evaluasi Dengar Pendapat (EDP), yang masuk bagian dari proses pengajuan perizinan radio komunitas.
2011 saya menikah. Beliau adalah orang yang banyak mendukung langkah ini.
2012 anak pertama lahir. Beliau termasuk yang pertama kali datang dan memberikan bantuan dan support. Yang pada saat itu kondisi saya sedang sangat susah.
Sangat banyak kebersamaan dengan beliau, beberapa tahun belakangan ini di Ahsan Tour, juga di PULDAPII. Entah berapa kali hitungan safar bareng beliau.
2020 lalu kami mendirikan Pondok Jurnalistik. Tempat kaderisasi para jurnalis muda muslim.
Saat saya kembali pergi ke Saudi awal 2022 lalu, beliau WA: "Antum kemana saja, gak ada kabar berita nih?."
Beberapa waktu sebelum beliau mengalami kecelakaan, sempat WA ke saya. Memberi masukan dan saran tentang problematika hidup.
Beliau adalah satu-satunya senior dan guru, yang selalu mengingatkan saya jika melakukan kesalahan. Beliau langsung datang dan bicara baik-baik. Beliau tidak ngomong di belakang dan tidak mentahdzir.
Beberapa kali kami berseteru dan berdebat keras, tapi selalu berakhir dengan senyuman.
Kini beliau telah pergi meninggalkan dunia selamanya. Kenangan bersama beliau adalah dalam perjuangan dan kebaikan.
Semoga Allah mengampuni beliau..
Allahummaghfir lahu warhamhu wa 'afihi wa'fu 'anhu.
---
Riyadh, 10 Desember 2022
Budi Marta Saudin