Lensaislam.com : Mantan kader PDIP Budiman Sudjatmiko mengungkapkan keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang memilih Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024 sebenarnya merupakan tindakan yang keliru. Menurutnya, seharusnya Megawati memilih untuk mengusung Prabowo Subianto.
“Ya, itu keliru. Mungkin pendekatan populistik di 2014 cocok. Karena memang lawannya waktu itu Pak Prabowo itu agak-agak elitis ya. Sehingga mencari antitesisnya ya yang populis, itu cocok. Makanya muncul Pak Jokowi,” ujar Budiman Sudjatmiko dalam keterangannya di Jakarta dikutip dari Detikcom, pada Kamis, (31/8/2023).
Budiman Sudjatmiko menilai Ganjar merupakan pemimpin yang populis. Di poros yang lain, Anies Baswedan cenderung intelektualistik. Sedangkan Prabowo merupakan sosok yang strategis.
“Pak Prabowo itu sosok yang strategis. Saya pikir, dalam menghadapi seperti ini, ya kita butuh kepemimpinan strategis. Bahwa kemudian ternyata bukan dari partai saya, it's okay,” ujarnya.
Atas sikapnya ini, Budiman mengaku merasa biasa saja diserang dengan julukan sebagai ‘pembelot’, ‘kader kaleng-kaleng’, atau bahkan ‘celeng’ bahkan yang terbaru dipecat langsung sebagai kader PDIP.
Menurutnya, pada era 1990-an, dia pernah merasakan beban yang lebih berat. Bahkan risikonya adalah kehilangan nyawa. Namun, yang banyak orang tak tahu, ada beberapa kader PDI Perjuangan yang diam-diam mendukungnya.
“Ada diskusi dengan beberapa teman. Nggak perlu saya sebutkan siapa. Dan ketika terjadi pun, banyak juga teman PDI Perjuangan di DPR RI secara diam-diam bilang bahwa keputusan saya sudah benar,” ujarnya. ***
Editor : AM. Isa Karim D | Lensaislam.com | Indonesian Islamic News Agency (IINA)