Riau, Lensa Islam – Dalam agenda Silaturahmi Keluarga Besar Muhammadiyah Wilayah Riau pada Rabu malam (13/9), Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir sebut rohani bangsa Indonesia menjadi penguat dalam melewati berbagai tantangan yang dihadapi bangsa ini.
Kerohanian luhur bangsa ini diabadikan dalam pembukaan UUD 1945, yang dengan tegas menyebutkan bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
“Artinya Indonesia ini selain memperoleh anugerah Tuhan berupa tanah air yang kaya, itu juga ada roh, ada jiwa yang hidup di tubuh bangsa ini. Dan ini adalah kekuatan yang paling dasar, karena menyangkut sistem keyakinan suci apapun agamanya,” tutur Haedar.
Mengungkapkan fakta sejarah lahirnya falsafah Republik Indonesia – Pancasila, Haedar menjelaskan, disepakatinya Pancasila sebagai philosofische grondslag merupakan kompromi dari tokoh-tokoh muslim dengan kelompok lain. Lebih-lebih pada Pasal 1 “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
“Itu merupakan kompromi yang bagi umat Islam ternyata juga ada hikmah, di mana tidak ada yang hilang dari kaum muslimin dari kearifan tokoh ini. Yakni dari syariat ke akidah, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah akidah, yang bagi kaum muslimin adalah tauhid,” ungkap Haedar.
Dalam pandangan Guru Besar Sosiologi ini, syariatnya juga tidak hilang sebab masih ada di Pasal 29 Ayat 2 UUD 1945. Menurutnya, kompromi dan kearifan tokoh-tokoh tersebut melahirkan nilai baru yang fundamental untuk berbangsa dan bernegara, dengan menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup.
Agama dan Pancasila sebagai Dua Nilai Utama
Di masa awal kelahiran Republik Indonesia, menurut Haedar terdapat dua nilai utama yaitu agama sebagai nilai yang melampaui karena sebagai pandangan hidup, dan Pancasila sebagai nilai berbangsa dan bernegara. Pancasila juga sebagai titik temu dari berbagai pandangan kenegaraan dan kebangsaan Indonesia.
“Dan itulah yang menurut Soepomo bahwa Indonesia yang merdeka itu yang dibangun bukan raga fisik semata, Indonesia yang bukan sekadar tanah air. Tapi Indonesia yang bernyawa,” katanya.
Jejak sejarah yang pancang dengan berbagai pandangan yang diletakkan oleh para pendiri bangsa, menurutnya Republik Indonesia memiliki bekal untuk menjadi bangsa dan negara yang kokoh. Bekal tersebut antara lain tanah air yang kaya, perjuangan yang diberkahi, dan nilai pokok yaitu agama dan Pancasila.
Namun melihat konteks Indonesia masa kini, Haedar menyebut bahwa semua bangsa dan negara pasti punya masalah. Akan tetapi bangsa dan negara yang sudah dewasa adalah yang mengakui ada masalah, dan mampu menyelesaikan masalahnya.
“Saya pikir Tuhan akan bantu menyelesaikan, tetapi jika kita tidak jujur dengan masalah yang besar dikecilin, yang kecil dibesar-besarin, yang terjadi justru adalah akumulasi masalah. Kemudian baru dirasa akan ada gelombang besar masalah yang kita tidak bisa menyelesaikannya sendiri,” ungkap Haedar.
Haedar dalam mengakhiri amanatnya berpesan kepada seluruh elemen bangsa, termasuk semua elit untuk merawat nilai-nilai pokok – agama dan Pancasila, serta menjadikannya jiwa dan state of mind dari pusat sampai bawah. Nilai tersebut akan menjadi bingkai dalam mengambil kebijakan.