Riau, Lensa Islam - Meski sebagai organisasi Agama Islam, namun Muhammadiyah dalam memberikan pelayanan melalui Amal Usahanya (AUM) tidak terbatas kepada muslim, tetapi untuk semua, termasuk non-muslim.
Cerminan tersebut salah satunya terjadi di Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI). Sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam acara Masta Mahasiswa Baru UMRI pada Kamis (14/9), bahwa kampus Muhammadiyah adalah lembaga pendidikan yang inklusif.
Sebagaimana diketahui, pada Tahun Ajaran baru ini, UMRI menerima mahasiswa baru sekitar 3.000-an mahasiswa dan terdapat 180 mahasiswa yang non-muslim. Haedar menyambut hangat mereka, dan mengaku bangga dengan UMRI yang merepresentasikan kampus Muhammadiyah yang inklusif.
Dari 180 mahasiswa non-muslim tersebut 2 diantaranya adalah pemeluk Agama Budha. Menurut Haedar itu bukan menjadi sebuah masalah, sebab kampus Muhammadiyah terbuka bagi siapapun tanpa melihat latar belakang agama, suku, ras, dan golongan.
“Kepada anak-anakku sekalian yang tadi disebut sebagai saudara-saudara kita non muslim dan saya berharap kalian melebur dan menyatu mahasiswa Muhammadiyah Riau maupun mahasiswa Muhammadiyah di seluruh tanah air,” ungkap Haedar.
Haedar juga berpesan kepada seluruh mahasiswa bahwa mereka adalah satu keluarga, berbeda agama namun tetap integral dalam satu wadah negara dan bangsa Indonesia. Dia menegaskan bahwa tidak boleh ada diskriminasi di Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA).
“Maka untuk ananda sekalian jadilah mahasiswa yang bisa hidup beragam, hidup dalam keragaman, tetapi bersaudara dalam keberagaman itu,” imbuhnya.
Terkait dengan keputusan mahasiswa memilih kampus Muhammadiyah sebagai tempat belajar, Haedar menegaskan mereka tidak salah pilih. Sebab, selain besar secara kualitas, Muhammadiyah besar secara kuantitas. Kebesaran Muhammadiyah sebagai ormas Islam bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia.
Cakupan sebaran AUM yang dimiliki oleh Persyarikatan Muhammadiyah bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di luar negeri. Misalnya seperti Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM), Muhammadiyah Australian College (MAC), TK ABA di Mesir dan Malaysia, serta sekolah untuk Rakyat Palestina di Lebanon.
“Di australia kita bahkan punya Muhammadiyah Australian College lembaga pendidikan yang dibangun diatas lahan 14 hektar milik Muhammadiyah dan dibeli Muhammadiyah. Ini menunjukkan bahwa kalian berada di dalam organisasi Islam selain besar secara kualitas tetapi juga menunjukkan islam yang modern, islam yang berkemajuan,” tandas Haedar.