Muhammadiyah punya banyak tokoh yang penguasaan ilmu keagamaannya sangat mumpuni tapi sayang tidak ada diantara mereka yang dipanggil kiyai oleh warganya apalagi oleh orang lain.
Tokoh sekaliber Adi Hidayat misalnya yang hafal alquran dan banyak hafal hadis serta memiliki pisau analisis yang tajam oleh warga Muhammadiyah hanya dipanggil ustadz.
Sementara di kalangan masyarakat kita karena budaya yang sangat dominan di negeri ini adalah budaya jawa tokoh-tokoh yang alim yang punya ilmu keagamaan yang tinggi itu biasanya di panggil dengan Kyai.
Oleh karena itu, karena di Muhammadiyah nyaris tidak ada tokoh yang dipanggil kyai maka terkesan Muhammadiyah tidak punya orang alim , ulama dan ahli agama.
Padahal orang yang pantas mendapat predikat Kyai itu di Muhammadiyah sangat-sangat banyak. Saya tidak tahu mengapa hal ini bisa terjadi, padahal bila kita lihat sejarah banyak dari para pimpinan Muhammadiyah masa awal dipanggil dengan Kyai seperti KH Ahmad Dahlan, KH Ibrahim, KH Hisyam, KH Mas Mansur, dll.
Tetapi kemudian istilah Kyai itu semakin menghilang dan menghilang sehingga orang sekaliber pak AR Fachruddin yang sangat terkenal dengan kealiman dan kewara'annya hanya dipanggil dengan pak AR.
Begitu juga dengan pak Azhar Basyir yang aktif di berbagai pertemuan ulama dunia juga dipanggil hanya dengan pak Azhar Basyir. Juga pak Amin Rais, pak Syafii Maarif, pak Din Syamsuddin dan pak Haedar Nashir.
Tokoh-tokoh tersebut lebih dikenal dengan panggilan Profesornya, kecuali pak Syafii Maarif dan pak Yunahar Ilyas, karena beliau berasal dari minangkabau maka beliau dipanggil dengan Buya.
Untuk itu kedepan agar umat tahu bahwa di Muhammadiyah itu banyak orang yang alim, ulama dan ahli tentang masalah agama, maka sebaiknya oleh warga Muhammadiyah mereka-mereka yang alim atau ulama yang berasal dari jawa tersebut dipanggil dengan Kyai.
Jika mereka dari Jawa Barat dipanggil dengan Ajengan, dari NTB dengan Tuan Guru dari Sumatera tengah (Sumbar, Riau, Jambi dan Bengkulu) dengan Buya, dari Aceh dengan Teungku dan lain-lain.
Ini penting agar umat dari manapun mereka berada kalau mereka ingin bertanya tentang masalah keagamaan kepada muhammadiyah misalnya maka mereka sudah tahu akan bertanya kepada siapa.
Jadi tujuan dari pemberian panggilan khusus tersebut bukanlah untuk berbangga-bangga dengan panggilan-panggilan itu, tapi adalah untuk membantu umat agar mereka kalau akan bertanya masalah agama, keummatan dan kebangsaan mereka dengan cepat sudah tahu akan bertanya kepada siapa.
Apalagi Allah Swt juga sudah mengingatkan kita untuk bertanya kepada ahlinya. Adanya panggilan-panggilan tersebut tentu akan sangat membantu umat bagi mengimplementasikan apa yang sudah diperintahkan oleh Allah Swt.
Anwar Abbas
Pengamat sosial, ekonomi dan keagamaan