Apalagi kalau dilihat dari asetnya yang tumbuh sekitar 3,7 persen dari Rp. 62 trilliun menjadi Rp. 67 trilliun. Pembiayaan yang dikucurkannya juga naik dari Rp. 18 triliun menjadi Rp. 22 triliun. CAR nya 28,35 persen jadi jauh di atas CAR minimal yang ditentukan NPFnya atau pembiayaan macetnya turun dari 2,8 persen menjasi 2,06 persen.
Juga yang menarik juga disaat banyak dunia perbankan DPKnya turun BMI malah naik dari Rp. 46 triliun menjadi Rp. 47,5 triliun. Memang ROA dan ROE nya rendah itu adalah karena beban masa lalu. Tapi ke depan jika BMI bisa dikelola dengan baik dan profesional serta ada keberpihakan yang jelas kepada UMKM maka BMI tentu akan bisa menjadi bank kebanggan umat dan bangsa.
Untuk itu, bagi mencapai tujuan dimaksud maka kita harus berusaha mengembalikan BMI kepada khittahnya semula sebagai bank syariah yang punya paradigma dari umat, milik umat, bersama umat dan untuk umat. Hal ini perlu menjadi perhatian karena yang namanya umat itu boleh dikatakan lebih banyak berada pada kelompok usaha UMKM dan sedikit sekali yang berada di usaha besar.
Untuk itu, langkah strategis yang harus dilakukan oleh BMI kedepan adalah merubah orientasi pembiayaannya dari berorientasi kepada korporasi yang returnnya rendah kepada UMKM yang returnnya jauh lebih tinggi.
Kalau selama ini kita lihat volume pembiayaan dari BMI untuk retail hanya ratusan miliar saja tapi dalam tahun 2023 sudah mencapai Rp. 3,3 triliun. Hal ini jelas sangat-sangat sesuai dengan keinginan dan harapan dari Presiden Jokowi karena beliau ingin dunia perbankan betul-betul memperlihatkan keberpihakan yang jelas kepada UMKM yang jumlahnya 99,99 persen dari total pelaku usaha di negeri ini sementara usaha besar atau korporasi jumlahnya hanya 0,01 persen dari total pelaku usaha yang ada.
Oleh karena itu yang mendesak dilakukan terkait dengan BMI ini bukanlah memerger BMI dengan BTN Syariah tapi adalah bagaimana merobah orientasi dari pihak manajemen. Kalau selama ini mereka lebih fokus kepada pembiayaan korporasi atau usaha besar, kedepan mereka harus lebih fokus untuk memajukan UMKM sehingga diharapkan jumlah kelas menengah kita akan semakin membesar dan membesar karena ada mobilitas vertikal yang terjadi dimana mereka-mereka yang ada di lapis bawah karena mendapat suntikan dana dari BMI mereka bisa naik kelas ke kelas menengah.
Inilah masalah yang selama ini diinginkan oleh presiden jokowi tetapi hal demikian pulalah yang kurang mendapat dukungan yang serius dari para pembantunya sehingga data dan fakta yang ada menunjukkan seperti disampaikan sendiri oleh presiden jokowi dalam pertemuan tahunan industri jasa keuangan 2024 di St Regis Jakarta Selatan tanggal 20 Februari 2024 yang lalu jumlah kredit dan pembiayaan yang dikucurkan kepada UMKM baru sekitar 19 persen.
Untuk itu kedepan kita harapkan agar BMI tampak lebih jelas komitmennya untuk mendukung dan memajukan UMKM.
Untuk itu karena kita sekarang sedang bersiap-siap bagi menghadapi pergantian kepemimpinan nasional maka kita berharap agar proses suksesi ini bisa berjalan dengan baik, aman, tentram, damai dan lancar tanpa ada keributan-keributan termasuk dalam masalah yang terkait dengan BMI ini maka kita meminta pihak pemerintah agar menunda rencana merger BMI dengan BTN Syariah sampai pemerintahan baru terbentuk dan sudah berjalan.
Anwar Abbas
Pengamat Ekonomi dan Sosial
Tokoh Nasional