Lensaislam.com : Mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, resmi mendaftarkan diri sebagai calon presiden (capres) Iran, Ahad, (2/6/2024) yang akan digelar pada 28 Juni mendatang. Pilpres ini digelar setelah presiden Ebrahim Raisi meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter pada 19 Mei lalu.
Ahmadinejad, yang saat ini telah berusia 67 tahun merupakan mantan presiden Iran yang menjabat selama dua periode pada 2005-2013. Ia dikenal sebagai sosok yang sering berseberangan dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. Saat menjabat, Ahmadinejad secara terbuka menantang Khamenei yang berusia 85 tahun itu, dan upayanya untuk mencalonkan diri pada tahun 2021 dilarang oleh pihak berwenang.
Kembalinya politisi yang mempertanyakan Holocaust ini terjadi pada saat meningkatnya ketegangan antara Iran dan negara-negara Barat terkait program nuklir Teheran yang berkembang pesat, mempersenjatai Rusia dalam perangnya melawan Ukraina, dan tindakan kerasnya terhadap perbedaan pendapat.
Ahmadinejad tiba di Kementerian Dalam Negeri dan memulai proses pendaftaran. Sebelum kedatangannya, para pendukungnya meneriakkan dan mengibarkan bendera Iran. Dia menuruni tangga di kementerian, menunjukkan dokumennya seperti biasa kepada puluhan fotografer dan jurnalis video yang siap untuk proses pendaftaran.
Ahmadinejad sebelumnya menjabat dua kali masa jabatan, masing-masing berdurasi empat tahun, dari tahun 2005 hingga 2013. Berdasarkan hukum Iran, ia berhak mencalonkan diri lagi setelah empat tahun tidak menjabat, namun ia tetap menjadi sosok yang terpolarisasi bahkan di kalangan sesama garis keras. Sengketa terpilihnya kembali pada tahun 2009 memicu protes besar-besaran “Gerakan Hijau” dan tindakan keras yang mengakibatkan ribuan orang ditahan dan puluhan orang terbunuh.
Di luar negeri, ia menjadi karikatur persepsi Barat mengenai atribut terburuk Republik Islam, mempertanyakan Holocaust, sosok yang bersikeras bahwa Iran melarang LGBTQi dan mengisyaratkan Iran dapat membuat senjata nuklir jika negara tersebut memilih untuk melakukannya.
Namun Ahmadinejad tetap populer di kalangan masyarakat miskin karena upaya populisnya dan program pembangunan rumah. Sejak meninggalkan jabatannya, dia meningkatkan profilnya melalui media sosial dan menulis surat yang dipublikasikan secara luas kepada para pemimpin dunia. Ia juga mengkritik korupsi yang dilakukan pemerintah, meskipun pemerintahannya sendiri menghadapi tuduhan korupsi dan dua mantan wakil presidennya dipenjara.
Khamenei memperingatkan Ahmadinejad pada tahun 2017 bahwa pencalonannya kembali akan menjadi “situasi terpolarisasi” yang akan “berbahaya bagi negaranya.” Khamenei tidak mengatakan apa pun selama pencalonan Ahmadinejad pada tahun 2021, ketika pencalonannya ditolak oleh Dewan Wali yang beranggotakan 12 orang, sebuah panel yang terdiri dari ulama dan ahli hukum yang pada akhirnya diawasi oleh Khamenei.
Panel tersebut bisa saja menolak Ahmadinejad lagi. Namun, persaingan untuk menggantikan Raisi belum menghasilkan kandidat yang jelas yang mendapat dukungan besar dari Khamenei. Di samping itu, popularitas Ahmadinejad bisa saja mengantarkannya kembali ke kursi Presiden Iran. ***
Sumber : Arabnews | Weblink : https://www.arabnews.com/node/2521826/middle-east
Redaktur : Hermanto Deli | Indonesian Islamic News Agency (IINA)