Lensaislam.com : Sikap Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap konflik Israel-Palestina, khususnya dalam menghentikan genosida yang dilakukan rezim Zionis di Gaza, telah menjadi perdebatan yang kompleks dan kontroversial.
Hingga saat ini, PBB hanya bisa membahas kekejaman yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina namun tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan genosida oleh rezim Zionis tersebut.
Berikut adalah beberapa faktor yang menjelaskan mengapa PBB belum mampu menghentikan genosida di wilayah tersebut:
1. Keterbatasan Kekuasaan PBB
PBB memiliki peran yang penting dalam menjaga perdamaian dan keamanan dunia. Namun, keputusan dan tindakan PBB tergantung pada anggotanya, terutama Dewan Keamanan yang memiliki lima anggota tetap dengan hak veto yakni Amerika Serikat, Rusia, China, Prancis, dan Inggris. Ketika ada resolusi yang mengutuk tindakan Israel atau menghentikan genosida, negara-negara dengan hak veto dapat memblokirnya. Ini mengakibatkan ketidakmampuan PBB untuk mengambil tindakan tegas terkait genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza.
2. Dukungan dari Beberapa Negara Barat pada Israel
Meskipun ada bukti dan pernyataan dari para ahli yang menyebut tindakan Israel sebagai genosida, beberapa negara Barat masih memberikan dukungan buta kepada Israel. Dukungan ini dapat mempengaruhi sikap PBB dan menghambat upaya untuk menghentikan genosida yang telah membunuh lebih dari 36.000 warga Palestina di Gaza.
3. Kompleksitas Konflik
Konflik Israel-Palestina memiliki sejarah panjang dan kompleks. Faktor etnis, agama, dan politik memperumit situasi. PBB harus mempertimbangkan banyak aspek sebelum mengambil tindakan, dan seringkali ini memperlambat respons mereka.
4. Keterbatasan Intervensi Militer
PBB tidak memiliki kekuatan militer sendiri untuk menghentikan konflik. Mereka bergantung pada negara-negara anggota untuk menyediakan pasukan perdamaian. Namun, dalam kasus Israel-Palestina, intervensi militer menjadi sangat rumit dan berisiko tinggi.
5. Konflik Kepentingan
Beberapa negara anggota PBB memiliki kepentingan yang berbeda dalam konflik ini. Ketidaksepakatan ini menghambat upaya bersama untuk menghentikan genosida dan mencapai perdamaian yang berkelanjutan. Negara-negara Barat, yang dipimpin Amerika Serikat (AS), memiliki kepentingan menjaga hubungan dengan Israel. Adapun mayoritas negara anggota PBB lainnya lebih mendukung Palestina yang telah mengalami penderitaan sejak penjajahan Israel pada 1948 hingga sekarang. Konflik kepentingan di tingkat internasional inilah yang membuat genosida yang dilakukan Israel di Gaza terus berlanjut tanpa kejelasan kapan berakhirnya.
6. AS Pendukung dan Pelindung Utama Israel
Amerika Serikat (AS) memiliki sejarah yang kompleks dalam menghadapi resolusi yang menargetkan Israel di Dewan Keamanan PBB. AS merupakan pendukung Israel secara politik dan militer. AS adalah sekutu dekat Israel dan memiliki hubungan strategis yang kuat. AS cenderung melindungi kepentingan Israel di berbagai forum internasional. Tak hanya itu, AS merupakan pemasok senjata utama yang digunakan Israel untuk membunuh warga Palestina di Jalur Gaza.
AS adalah salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto. Dengan menggunakan hak ini, AS dapat mencegah adopsi resolusi yang menargetkan Israel. Namun, terkadang AS memilih untuk abstain daripada menggunakan hak veto. Contohnya, pada Maret 2024, AS memilih abstain ketika Dewan Keamanan PBB meloloskan resolusi yang menuntut gencatan senjata di Gaza selama bulan suci Ramadan.
Keputusan ini mengejutkan karena AS biasanya menggunakan hak veto untuk melindungi Israel. Selama ini, PBB telah mengeluarkan berbagai pernyataan dan putusan terkait genosida di Gaza. Meski demikian, faktor-faktor di atas membatasi kemampuan mereka mengambil tindakan tegas. Situasi ini menunjukkan bahwa upaya perlindungan bagi warga Palestina tetap menjadi tantangan yang harus dihadapi komunitas internasional dan lembaga seperti PBB. ***
Indonesian Islamic News Agency (IINA)