Lensaislam.com : Puluhan massa yang mengatasnamakan “Aliansi Santri Gus Dur Menggugat” melakukan demonstrasi di depan Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Jumat sore (2/8/2024). Massa aksi yang terdiri dari puluhan orang dengan kaus bergambar Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid itu membawa beberapa papan berisi tuntutan.
Poster-poster yang dibawa di antaranya bertulisan "Ketum PBNU dan Sekjen PBNU harus mundur", "Ketum PBNU Jangan Jadi Agen Pemerintah", hingga "Jangan Kotori Keikhlasan Pendiri NU".
Mereka meminta Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf atau Gus Ipul untuk mundur.
Dalam orasinya, Koordinator aksi, Muhammad Sholihin, menilai Ketua Umum PBNU Gus Yahya harus mundur karena telah melakukan politik praktis. Menurutnya, hal tersebut melanggar keputusan Muktamar PBNU sebelumnya.
"Kami hadir di Muktamar Lampung, kami tahu gagasan Gus Yahya. Faktanya, justru inkonsistensi dan terjebak politik praktis. Artinya, Gus Yahya dan Gus Ipul melanggar politik praktis," kata Sholihin.
Menurutnya, Gus Yahya telah mengambil keputusan-keputusan politik yang memecah umat. Ia meminta Gus Yahya beserta Gus Ipul, yang merupakan Sekjen PBNU, mengundurkan diri dari kepengurusan.
"Tuntutannya, ketika melanggar muktamar, siapa pun ketua umum yang mengawal-menakhodai ini harus mundur. Jangan justru membangun manuver-manuver politik yang memecah belah umat dan rakyat," ujarnya.
Massa turut menuntut PBNU menggelar Muktamar Luar Biasa (MLB). Mereka meminta PBNU tidak menjadi agend pemerintah. “NU untuk bangsa bukan untuk politik praktis keluarga,” kata salah satu orator.
Aksi ini dikawal puluhan personil Polisi dengan pagar pembatas besi. Di lokasi juga terlihat juga puluhan anggota Barisan Serba Guna (Banser) yang turut berjaga di depan Kantor PBNU. ***
Indonesian Islamic News Agency (IINA)