Bekasi, Lensa Islam – Belum terlalu siang, masih sekitar pukul 09.00 terlihat beberapa orang bergantian memasuki sebuah tempat usaha (ruko) dibilangan wilayah Bekasi, tepatnya di Jl Ratna Jatibening Bekasi pada pertengahan bulan Agustus 2024.
Beberapa pria dan wanita yang sebagian sudah lanjut usia itu dengan meraba-raba dan berjalan beriringan masuk ke dalam tempat tersebut. Sebagian mengunakan tongkat alat bantu untuk berjalan.
Yah, mereka ada para tunanetra yang begitu bersemangat menuntut ilmu agama dengan belajar Al Quran mengunakan Qur’an Braile (khusus tunanetra).
Dengan segala keterbatasan yang ada mereka tidak mau kalah dengan kaum muslimin yang bisa melihat untuk mengejar pahala surga dengan belajar dan saling mengajari Al Qur’an satu sama lain.
Lewat wadah Majelis Taklim Tunanetra As Syifa mereka dipertemukan atas izin Allah. Setiap dua pekan sekali mereka bertemu di satu rumah yang jadi basecamp, tempat belajar membaca Al alquran untuk orang buta seperti mereka.
Orang-orang buta seperti mereka memiliki keterbatasan dengan tidak bisa melihat seperti orang normal. Tapi rasanya kita melihat malah malu dan tidak ada apa-apanya dibandingkan keteguhan dan semangat mereka dalam menuntut ilmu agama.
“Gak papa kami tidak bisa melihat di dunia asal di akhirat kami bisa melihat nikmat Allah yang ada di akhirat,” begitu salah satu ucapan mereka untuk mensyukuri nikmat pemberian Allah yang mereka dapatkan sebagai tunanetra.
Yang juga membuat kita yang bisa melihat ini tertampar dan menjadi malu lagi adalah mereka mengatakan kalau setiap kali mereka datang ke tempat pengajian dengan semangat walaupun harus menempuh perjalanan jauh dengan berbagai moda transportasi yang bisa mereka jangkau seperti ada yang naik ojek, naik angkot bahkan ada yang harus berjalan kaki puluhan kilometer dari rumahnya ke tempat pengajian adalah karena healing.
“Ngaji ini bagi kami adalah terapi healing yang amat membahagiakan karena kami bisa lebih dekat dengan Allah dan lebih mensyukuri nikmat yang diberikan kepada kami sebagai tunanetra,” ujar mereka.
Mereka tidak sendiri ada beberapa puluh orang juga yang tergerak hatinya untuk turut membantu aktifitas kegiatan pengajian para tunanetra ini. Mereka adalah sekelompok para donatur yang secara diam-diam dan tidak ingin diketahui identitasnya dan sangat merahasiakan. Para donatur inilah yang setiap bulan menyisihkan sedikit hartanya di jalan Allah untuk bisa membantu para tunanetra ini bisa melaksanakan aktivitas pengajian.
Dari harta yang dikeluarkan para donatur ini pula mereka yang tergabung di pengajian tunanetra ini bisa membayarkan para guru ngaji yang mengajarkan mereka. Bisa ada sedikit makanan yang bisa mereka santap usai lelah belajar. Sungguh kombinasi persaudaraan di jalan Islam yang luar biasa. Yang berkekurangan secara fisik begitu semangat mengejar ilmu agama. Sedangkan yang mampu secara harta mengeluarkan untuk kepentingan membantu para penuntut ilmu saudaranya yang tunanetra.
“Kami selama ini merasa sangat bersyukur sekali, bahwa keberadaan mereka menjadi jalan kami untuk terus berbuat baik dan terus bersemangat menebar kebaikan sama seperti semangat mereka dalam mengejar cita-cita mereka untuk bisa melihat kenikmatan Allah di surga nanti,” ucap salah seorang donatur.
Ùˆُجُوهُُ ÙŠَÙˆْÙ…َئِØ°ٍ Ù†َّاضِرَØ©ٌ Ø¥ِÙ„َÙ‰ رَبِّÙ‡َا Ù†َاظِرَØ©ٌ
Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabb-nya mereka melihat.. [Al Qiyamah/75 : 22-23]
عَÙ„َÙ‰ اْلأَرَآئِÙƒِ ÙŠَنظُرُونَ
Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. [Al Muthaffifin/83 : 35]
Ù„ِÙ„َّØ°ِينَ Ø£َØْسَÙ†ُوا الْØُسْÙ†َÙ‰ ÙˆَزِÙŠَادَØ©ٌ
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. [Yunus/10 :26]
