Lensaislam.com: Riyadh – Jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) di kota Riyadh
tergolong banyak. Para perantau ini bekerja pada berbagai sektor, mulai
perkantoran hingga perumahan.
Para pekerja ini biasanya memanfaatkan waktu libur dengan
berbagai kegiatan, seperti olahraga,
belanja, hingga datang ke majelis taklim.
Untuk para WNI yang datang ke majelis taklim, ada beberapa
kelompok pengajian yang telah lama konsisten mengadakan ceramah agama, dengan
corak yang berbeda-beda.
Sebagian besar kegiatan majelis taklim para TKI dan TKW ini
diadakan di kantor dakwah atau Islamic center yang berada di bawah pengawasan Kementerian
Urusan Islam Arab Saudi, seperti kantor dakwah di Distrik Rabwah, Badi’ah,
Raudhah, Nasim, Al Malaz, dan Al Suwaidi. Sedangkan yang dilaksanakan di dalam
masjid adalah majelis taklim Al Rajihi di Distrik Al Jazirah.
Pantauan di lapangan, pada Jumat, 15 November 2024, di Islamic
Center Distrik Al Suwaidi, para jamaah datang ke tempat sejak pukul 7 pagi,
berlangsung hingga pukul 10.30 WAS.
Acara diawali dengan belajar membaca Al Quran dengan sistem halaqah,
kemudian dilanjut dengan tausiyah keagamaan baik materi fikih maupun tauhid.
Pada kantor dakwah ini ada beberapa pemateri yang mengajarkan
para jamaah, yang semuanya adalah mahasiswa aktif di King Saud University. Mereka
adalah Ustadz Mohammad Setiawan, Ustadz Ahmad Hawasi, dan Ustadz Tegar Dimas
Pradana.
Menikmati Hidangan Menu Ala Indonesia
Para jamaah yang datang ke majelis taklim ini bukan hanya
sekedar mendapatkan ilmu dan sharing pengetahuan bermanfaat, tapi juga dapat
bertemu dengan sesama perantau sebangsa dan setanah air.
Selain itu, panitia juga menyediakan menu makanan ala Indonesia
yang sangat langka didapat. Setiap pekannya, makananan yang disediakan selalu
berbeda. Ada bakso, siomay, bubur ayam, dan lain-lain.
Hal ini yang membuat suasana sangat hangat, karena bukan
hanya sekedar hadir ke pengajian, tetapi lebih mirip silaturahmi lebaran yang
sangat bermakna.
Keadaan seperti ini lazim didapat pada setiap kantor dakwah
yang dihadiri oleh WNI. Para jamaah, terutama ibu-ibu, berloma-lomba membawa kueh dan
makanan yang menarik dan enak dinikmati. (bms)