Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Ads

Viral! Momen Ahmed Al-Sharaa Menolak Berjabat Tangan dengan Menlu Jerman


Lensaislam.com : Damaskus, Suriah — Pemimpin de facto Suriah, Ahmed Al-Sharaa, memicu kontroversi pada Jumat (4/1/2025) setelah menolak berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, selama kunjungan resmi delegasi Eropa ke Suriah. Insiden tersebut menyoroti kekhawatiran tentang penerapan norma-norma Islam konservatif oleh otoritas sementara di negara itu.

Baerbock dan Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, menjadi pejabat Eropa pertama yang mengunjungi Suriah sejak jatuhnya rezim Bashar al-Assad bulan lalu. Dalam pertemuan di Istana Presiden Damaskus, Al-Sharaa memilih meletakkan tangannya di dada alih-alih berjabat tangan dengan Baerbock, meskipun ia menjabat tangan Barrot.

Beberapa interpretasi ketat dalam Islam melarang kontak fisik antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Sikap Al-Sharaa ini memicu perdebatan publik. Sebagian pihak mengkritiknya sebagai upaya penegakan identitas Islam yang lebih ketat di ranah politik dan pendidikan Suriah. Namun, ada pula yang membela hak Al-Sharaa untuk mempraktikkan keyakinannya.

Dalam pernyataannya kepada media Jerman, Baerbock mengatakan bahwa ia telah mengantisipasi kejadian tersebut. "Saat menuju Suriah, saya sudah memahami bahwa kemungkinan besar tidak akan ada jabat tangan biasa," ujar Baerbock, seperti dikutip dari Bild.

Ahmed Al-Sharaa, yang memimpin kelompok Islamis garis keras Hayat Tahrir al-Sham (HTS), telah mengukuhkan kekuasaan di Suriah setelah kelompoknya melancarkan ofensif kilat yang mencapai Damaskus pada 8 Desember lalu. Hal ini mengakhiri 53 tahun kekuasaan keluarga Assad.
 
Kekuasaan HTS menimbulkan kekhawatiran global, khususnya terkait hak-hak minoritas dan perempuan, meskipun mereka berulang kali berjanji untuk menghormati kebebasan semua warga Suriah tanpa memandang agama atau gender.

Baerbock dan Barrot menekankan pentingnya partisipasi perempuan dalam transisi politik Suriah. "Hak-hak perempuan bukan hanya isu terpisah, tetapi cerminan tingkat kebebasan dalam masyarakat," tegas mereka.

Dalam pernyataannya di media sosial X, Barrot menyebut pihaknya telah menerima jaminan dari otoritas baru Suriah bahwa akan ada partisipasi luas, termasuk perempuan, dalam proses transisi politik. Namun, pernyataan Al-Sharaa bahwa pemilu baru dapat berlangsung dalam empat tahun ke depan menimbulkan kekhawatiran terkait masa depan demokrasi di Suriah.

Konflik di Suriah, yang dimulai pada Maret 2011, telah menyebabkan kehancuran besar, dengan jumlah korban jiwa diperkirakan mencapai antara 500.000 hingga 1 juta orang, sementara jutaan warga terpaksa mengungsi. Kini, di bawah kepemimpinan Al-Sharaa, Suriah menghadapi tantangan besar untuk menyatukan kembali negara yang terpecah dan memulihkan infrastruktur yang rusak parah. (DLH/CGT)

Sumber : The New Arab | Weblink : https://www.newarab.com/news/syria-controversy-al-sharaa-avoids-handshake-german-fm
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Lensaislam.com tanpa Iklan?
Yuk Dukung Lensaislam.com dengan menjadi SPONSOR atau DONATUR. Rekening Donasi: Bank Syariah Indonesia No. Rek : 7 8888 1919 8 an. Asosiasi Radio TV Islam Indonesia (ARTVISI)
Konfirmasi Donasi: 0819-4779-1352

Mari bergabung bersama WA Grup dan Channel Telegram Lensaislam.com, Klik : WA Grup & Telegram Channel


Copyright © 2023 - Lensaislam.com | All Right Reserved